Jumat, 27 Mei 2011

LIMA EBUDAYAAN INDONESIA YANG MENARIK

Headline

Indonesia memang negara yang sangat kaya akan kebudayaan. Penduduk Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku memungkinkan terjadinya keragaman budaya di Indonesia. Berikut adalah lima dari sekian banyak kebudayaan yang dimiliki oleh negara kita tercinta, Indonesia :

1. Upacara Tabuik (Sumatera Barat)
Berasal dari bahasa Arab “tabut” yang berarti mengarak, upacara Tabuik merupakan tradisi masyarakat di pantai barat, Sumatera Barat, yang diselenggarakan secara turun menurun. Upacara ini digelar di hari Asura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram, dalam kalender Islam.

Menurut cerita, Tabuik dibawa oleh penganut Syiah dari timur tengah ke Pariaman, sebagai peringatan perang Karbala. Upacara ini juga sebagai simbol dan bentuk ekspresi rasa duka yang mendalam dan rasa hormat umat Islam di Pariaman terhadap cucu Nabi Muhammad SAW itu. Karena kemeriahan dan keunikan dalam setiap pagelarannya, Pemda setempat pun kemudian memasukkan upacara Tabuik dalam agenda wisata Sumatera Barat dan digelar setiap tahun.

Dua minggu menjelang pelaksanaan upacara Tabuik, warga Pariaman sudah sibuk melakukan berbagai persiapan. Mereka membuat aneka penganan, dan kue-kue khas Tabuik. Dalam masa ini, ada pula warga yang menjalankan ritual khusus, yakni puasa.

Selain sebagai nama upacara, Tabuik juga disematkan untuk nama benda yang menjadi komponen penting dalam ritual ini. Tabuik berjumlah dua buah dan terbuat dari bambu serta kayu. Bentuknya berupa binatang berbadan kuda, berkepala manusia, yang tegap dan bersayap. Oleh umat Islam, binatang ini disebut Buraq dan dianggap sebagai binatang gaib. Di punggung Tabuik, dibuat sebuah tonggak setinggi sekitar 15 m. Tabuik kemudian dihiasi dengan warna merah dan warna lainnya serta akan di arak nantinya.

2. Makepung (Balap Kerbau Masyarakat Bali)

Jika di Madura ada Kerapan Sapi, maka Bali memiliki Makepung. Dua tradisi yang serupa tapi tak sama ini menjadi tontonan unik yang segar sekaligus menghibur. Makepung adalah tradisi berupa lomba pacu kerbau yang telah lama melekat pada masyarakat Bali, khususnya di Kabupaten Jembrana. Tradisi ini awalnya hanyalah permainan para petani yang dilakukan di sela-sela kegiatan membajak sawah di musim panen. Kala itu, mereka saling beradu cepat dengan memacu kerbau yang dikaitkan pada sebuah gerobak dan dikendalikan oleh seorang joki.

Kegiatan yang semula iseng itu  berkembang dan makin diminati banyak kalangan. Kini, Makepung telah menjadi salah satu atraksi budaya yang paling menarik dan banyak ditonton oleh wisatawan termasuk para wisatawan asing. Makepung kini telah menjadi agenda tahunan wisata di Bali dan dikelola secara professional. Saat ini makepung tidak hanya diikuti oleh kalangan petani saja namun para pegawai dan pengusaha dari kota pun banyak yang menjadi peserta maupun menjadi supporter. Apalagi dalam sebuah pertarungan besar, Gubernur Cup misalnya, peserta Makepung yang hadir bisa mencapai sekitar 300 pasang kerbau atau lebih. Suasana pun menjadi sangat meriah dengan hadirnya para pemusik jegog (gamelan khas Bali yang terbuat dari bambu) untuk menyemarakkan suasana lomba.

3. Atraksi Debus (Banten)

Konon kesenian bela diri debus berasal dari daerah al Madad. Semakin lama seni bela diri ini makin berkembang dan tumbuh besar disemua kalangan masyarakat banten sebagai seni hiburan untuk masyarakat. Inti pertunjukan masih sangat kental gerakan silat atau beladiri dan penggunaan senjata. Kesenian debus banten ini banyak menggunakan dan memfokuskan di kekebalan seseorang pemain terhadap serangan benda tajam.

Kesenian ini tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun yang lalu, bersamaan dengan berkembangnya agama islam di Banten. Pada awalna kesenian ini mempunyai fungsi sebagai penyebaran agama. Namun pada masa penjajahan belanda dan pada saat pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa, seni beladiri ini digunakan untuk membangkitkan semangat ****ang dan rakyat banten melawan penjajahan yang dilakukan belanda. Karena pada saat itu kekuatan sangat tidak berimbang, belanda mempunyai senjata yang sangat lengkap dan canggih. Satu satunya senjata yang mereka punya tidak lain adalah warisan leluhur yaitu seni beladiri debus.

4.Karapan sapi Masyarakat Madura Jawa Timur

Karapan sapi merupakan sebuah perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Madura Jawa Timur. Dalam even karapan sapi para penonton tidak hanya disuguhi adu cepat sapi dan ketangkasan para jokinya, tetapi sebelum memulai para pemilik biasanya melakukan ritual arak-arakan sapi disekelilingi pacuan disertai alat musik seronen, perpaduan alat musik khas Madura sehingga membuat acara ini menjadi semakin meriah.

Panjang rute lintasan karapan sapi tersebut antara 180 sampai dengan 200 meter, yang dapat ditempuh dalam waktu 14 sd 18 detik. Tentu sangat cepat kecepatan sapi – sapi tersebut, selain kelihaian joki. Terkadang bambu yang digunakan untuk menginjak sang joki sampai  melayang diudara karena cepatnya kecepatan sapi sapi tersebut. Untuk memperoleh dan menambah kecepatan laju sapi tersebut, pangkal ekor sapi dipasangi sabuk yang terdapat penuh paku yang tajam dan sang joki melecutkan cambuknya yang juga diberi duri tajam kearah bokong sapi.
Tentu saja luka ini akan membuat sapi berlari lebih kencang. Jarak pemenang terkadang selisih sangat tipis, bahkan tidak jarang hanya berjarak 1 sd 2 detik saja. Karapan Sapi di Madura merupakan pagelaran yang sangat unik, selain sudah diwarisi secara turun menurun tradisi ini juga terjaga sampai sekarang. Even ini dijadikan sebagai even pariwisata di Indonesia, dan tidak hanya turis lokal, wisatawan dari mancanegara pun banyak yang menyaksikan karapan sapi ini.

5. Upacara Kasada Bromo

Upacara Kasada bromo dilakukan oleh masyarakat Tengger yang bermukim di Gunung Bromo Jawa Timur.  Mereka melakukan ritual ini untuk mengangkat seorang Tabib atau dukun disetiap desa. Agar mereka dapat diangkat oleh para tetua adat, mereka harus bisa mengamalkan dan menghafal mantera mantera. Beberapa hari sebelum upacara Kasada bromo dimulai, mereka mengerjakan sesaji sesaji yang nantinya akan dilemparkan ke Kawah Gunung Bromo. Pada malam ke 14 bulan Kasada, masyarakat tengger berbondong bondong dengan membawa ongkek yang berisi sesaji dari berbagai macam hasil pertanian dan ternak lalu mereka membawanya ke Pura.  Sambil menunggu Dukun sepuh yang dihormati datang mereka kembali menghafal dan melafalkan mantera, tepat tengah malam diadakan pelantikan dukun dan pemberkatan umat. Bagi masyarakat Tengger, peranan Dukun sangat penting. Karena mereka bertugas memimpin acara – acara ritual, perkawinan dll.

Sebelum ilantik mereka diwajibkan lulus ujian dengan cara menghafal dan lancar dalam membaca mantra mantra. Setelah Upacara selesai, ongkek – ongkek yang berisi sesaji dibawa dari kaki gunung bromo ke atas kawah dan melemparkannya kedalam kawah, sebagai simbol pengorbanan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka. Didalam kawah banyak terdapat pengemis dan penduduk tengger yang tinggal dipedalaman. Mereka jauh jauh hari datang ke gunung bromo dan mendirikan tempat tinggal dikawah gunung Bromo dengan harapan mereka mendapatkan sesaji yang dilempar. Penduduk yang melempar sesaji berbagai macam buah buahan dan hasil ternak, menganggapnya sebagai kaul atau terima kasih mereka terhadap tuhan atas hasil ternak dan pertanian yang melimpah.
Semoga kebudayaan-kebudayaan tersebut dapat dilestarikan keberadaannya. Walaupun saat ini telah banyak masuk kebudayaan-kebudayaan dari luar, namun kita sebagai orang Indonesia harus bisa menjaga kebudayaan kita sendiri. Karena kalau bukan kita yang menjaga dan melestarikan kebudayaan tersebut, siapa lagi ?.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar